♥ K E S E D E R H A N A
A N . . . .
Siapa yang
masih berani meragukan kesederhanaan Rasulullah..?!!
Salah besar
jika kalian masih meragukan Kesederhanaan Beliau..!!
Nah, saya
punya beberapa cerita yang membuktikan sifat sederhana Beliau, loh..!
Mari kita
simak..
- Suatu hari
‘Umar bin Khatthab r.a. menemui Rasulullah SAW di kamar beliau, lalu ‘Umar
mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya
telah lapuk. Jejak tikar itu membekas di belikat beliau, sebuah bantal yang keras
membekas di bawah kepala beliau, dan jalur kulit samakan membekas di kepala
beliau. Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu
gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak
kulit).
Air mata
‘Umar bin Khatthab r.a. meleleh. Ia tidak kuasa menahan tangis karena iba
dengan kondisi pimpinan tertinggi umat Islam itu. Rasulullah SAW melihat air
mata ‘Umar r.a. yang berjatuhan, lalu bertanya “Apa yang membuatmu menangis,
Ibnu Khatthab?”
‘Umar r.a. menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”
‘Umar r.a. menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”
Lalu
Rasulullah SAW menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu
Khatthab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti
terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir.
Tidakkah engkau rela jika akhirat
untuk kita dan dunia untuk mereka?”
‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)
- ‘Umar
berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari
tikar ini.”
Lalu, Rasulullah SAW menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia..?? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR.Tirmidzi)
Lalu, Rasulullah SAW menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia..?? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR.Tirmidzi)
*Betapa Rasulullah SAW sangat sederhana.
Ia menyadari
bahwa akhirat jauh lebih berharga daripada
dunia dan
seisinya*.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar