Jumat, 14 September 2012

" L E B A H " Semanis Madu - Chap 3


C H A P T E R . 3

Keesokan harinya, di pagi hari yang cerah, sinar matahari memaksa mata Rhiza terbuka, dan ...

‘ tok, tok, tok, good morning Ms. Mmm.. R-h-i-z-a, “RHIZA” like that ? ‘ ucap seorang pria yang terlihat masih berusia muda. Badannya jangkung sekali, berkulit hitam manis, serasi dengan warna kulit Rhiza yang saat itu masih terlihat amat malas karena baru terbangun. 
Pria itu memakai jas dokter dengan nametag bertuliskan “ dr. Rama Arhyatama” .

‘ Morning . . yeah i’m Rhiza and i hate myself ! who are you ? mmm.. dr. Rama ? you’re Indonesian ? ‘ 
jawab Rhiza dengan sedikit menegakkan tubuh nya.

‘ ya ! sudahlah tak usah pake embel – embel bahasa Inggris lagi..
saya memang orang asli Indonesia, dan saya juga tahu kamu pun mahasiswi asal Indonesia, saya adalah pengganti dr. Juang Thai untuk sementara waktu. Ayah beliau meninggal di Rusia, alhasil untuk 1 tahun ini, ia harus menetap disana untuk menemani ibunya. ‘
jawab dr. Rama dengan suara beratnya dan wajah konyol - sok asik nya lengkap dengan senyum nyengir khas dokter ahli kanker.

‘oh, seperti nya anda masih cukup muda ya untuk ukuran dokter ahli kanker. Lalu sekarang apa ? anda ingin mengambil sampel sumsum saya, atau mengambil darah saya ? haha ! rutinitas yang memuakkan bukan ?! ‘ 
ucap Rhiza dengan wajah nya yang dibuat sedikit senga.
 
‘oh, tenang saja.. pagi ini saya hanya ingin menyapa anda, karena jika dilihat dari hasil lab kemarin, mm.. kemajuan tingkat kesehatan anda cukup baik. Oh iya, kebetulan saya seorang muslim, dan.. tunggu, ini jam berapa ya ? aha ! sekarang sudah jam  7 pagi ! apa anda sudah sholat subuh, nona Rhiza ? ‘ cerocos sang dokter pada Rhiza seraya menunjukkan jam tangannya yang berwarna hitam legam.

‘ ha ?! apa ?! sholat ?! ya saya muslim, 
tapi.. apa ibadah penderita kanker seperti saya ini masih dibutuhkan Tuhan ?  ya, honestly dokter, saya muak dengan cerita hidup saya yang berbelit ini ! dan anda tahu bukan siapa yang membuat semua naskah takdir saya yang sesial ini ?! Tuhan, dok ! TUHAN ! ‘ 
bentak Rhiza pada sang dokter yang justru tersenyum jahil.

‘nona Rhiza.. 
Tuhan tidak MEMBUTUHKAN ibadah atau doa dari umatnya, karena Ia Sang Maha Sempurna. Tapi justru anda yang amat mebutuhkan Dia. Siapa yang mengajarkan anda pelajaran “Tidak Tahu Diri ? “ saya tahu anda muak, tapi disebut apa hamba yang tidak berdaya seperti kita ini, jika hanya menengadahkan tangan untuk meminta apa yang kita mau ke Tuhan kita sendiri saja GENGSI ?! ‘ 
jawab dr. Rama yang malah terlihat seperti anak pesantren itu.

Rhiza terdiam, terngiang kata – kata sang dokter dikepalanya. 
Ia menunduk sejenak, tak tarasa air mata mengalir membasahi pipi nya.

Sang dokter yang sedari tadi hanya cengengesan, kini telah merubah posisi nya sembari memberikan 3 buah tissue kering pada sang pasien yang masih tertunduk lemah dihadapannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar