C H A P T E
R . 1
‘
huaaaaaaa ! Rime, Riez ! aku bosan dengan monster sialan ini ! apa salah ku ?!
apa salah ku, hingga aku disiksa justru disaat impian ku mulai tumbuh ! kini
semua pupus sudah ! aku mulai muak dengan rencana – rencana Tuhan yang semakin
menggila ! aku benci hidupku ! aku benci diriku ! aku benci bila mengingat aku
bukan Rhiza yang dulu !!!! ‘ rintihan Rhiza semakin menjadi setelah ia mendapatkan
kesadarannya lagi, ya tentu belum sepenuhnya.
‘ ya
betul ! kau memang bukan Rhiza yang dulu ! kau bukan Rhiza yang ku kenal nyaris
1 dekade ini ! kini kau Rhiza yang lemah ! Rhiza yang hanya mengenal keluh !
kau tahu seberapa muak Tuhan dengan perbuatanmu ini ! sudahlah aku bosan dengan
rintihan mu itu ! jadilah KUAT ! KUAT RHIZA ! K U A T !!!! ‘ ucap Rime dengan
emosi yang tentu sudah sangat tidak terkontrol itu ..
‘
Rime ! cukup ! seharusnya kau mengerti apa yang Rhiza rasa ! harusnya kau
mengerti jika memang kita sahabat ! cukuppp .. ‘ balas Riez dengan air mata
bercucuran hingga membuat pipi nya merah .
‘ ya
! betul ! dan harusnya dia menghargai urasan emosi kita, cucuran air mata kita
! semua yang dilakukan orang tua nya ! hanya untuk kesembuhan dia ! kini apa ?!
apa balasan dia ?! meluapkan semua emosi konyol seorang penderita kanker ha ?!
yang tidak tau bersyukur ! ya memang benar ! kau muak Rhiza ?! kini kami pun
muak dengan semua keluhan mu ?! BE STRONG SAHABATKU ! HIDUPMU MASIH PANJANG !
PERCAYA KAMI, ATAU .. ‘
‘
atau apa ?!! ha ?! apa ?! ‘ jawab Rhiza setengah menantang tentu dengan kesadarannya
yang baru ¾ itu..
‘
Astagfirullah.. astagfirullah .. baiklah, aku sadar aku pun salah, aku permisi
sebentar untuk berwudhu.. ‘ jawab Rime dengan kesabaran nya yang sudah mulai
pulih ..
‘
baiklah Rime, aku berharap kau lekas sadar dengan siapa kau berbicara barusan..
Rhiza, maafkan kami jika selama ini kami tidak bisa mengerti apa maumu,
sahabatku.. tapi yakinlah, We’ll be there for you, Rhiza.. mungkin kau butuh
waktu menyendiri sekarang ini, aku tinggal sebentar ya.. akan ku belikan sup
hangat untuk menenangkan mu lagi.. ‘ ucap Riez dengan terisak dan mata sendu
yang sudah tak dapat menahan air matanya.
‘
astagfirullah... maafkan aku Riez, ya ! mungkin benar aku butuh waktu untuk
menyendiri sekali ini. ’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar